" Orang Tua Idaman itu... "
- Ali
- Oct 27, 2018
- 2 min read
Assalamu’alaikum Sabahat Belajar :)
Gimana semangatnya untuk terus menolong anak-anak di sekitar kita nih? Kami yakin pasti kalian semangatnya luar biasa yaa… tetap dijaga semangat dan komitmennya ya teman-teman.
Akhir-akhir ini entah mengapa sering terdengar kabar bahwa banyak kasus anak-anak dipukul, ditampar, dan disiksa. Terjadi juga kasus ekstrem seperti pemerkosaan bahkan pembunuhan terhadap anak. Kabar ini benar-benar membuat kami bertanya, mengapa mereka tega melakukan hal itu kepada anak-anak.
Berdasarkan penelitian Hillis, et.al (2016) berjudul "Global Prevalence of Past-Year Violence Against Children: A Systematic Review and Minimum Estimates," angka kekerasan terhadap anak tertinggi pada 2014 terjadi di Asia.
Kekerasan terhadap anak sendiri bukan cuma mencakup kekerasan fisik dan seksual saja, tetapi juga kekerasan emosional, pengabaian, dan eksploitasi. Ada sesuatu yang perlu diperhatikan pada tulisan kali ini yaitu tentang kepedulian terhadap anak. Banyak orang sering meremehkan bentuk kekerasan pengabaian ini. Tindakan-tindakan seperti pemberian makanan dan minuman bergizi secara rutin, memberikan tempat istirahat yang nyaman dan saling terbuka berbicara satu sama lain itu hal yang sangat-sangat berharga bagi anak.
Ironisnya, pelaku yang cukup sering melakukan kekerasan pada anak ialah orang terdekat dari si anak tersebut, yaitu keluarga kandungnya sendiri.
“'Anak saya mau ditampar, cubit, tendang, itu persoalan privat saya dan dengan cara ini anak-anak bisa patuh”
Selama ini para keluarga terlalu fokus untuk mendidik anak dengan cara memberi hukuman daripada memberikan penjelasan atau penghargaan atas pencapaiannya. Padahal jika diberi hukuman si anak akan menerima beban secara psikis maupun fisik sehingga mereka menjadi takut dan trauma. Dengan hukuman pun tidak menjamin bahwa anak itu paham mengenai kesalahan apa yang harus diperbaiki. Sedangkan jika ia diajarkan untuk melakukan kebaikan dengan memberi mereka penjelasan serta penghargaan berupa hadiah atau sekedar pujian itu akan membuat mereka memahami bagaimana cara untuk berperilaku baik dan semakin bersemangat untuk melakukan hal positif.
Mengutip survei nasional KPAI tahun 2015, Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati menjelaskan bahwa sebanyak 75 persen pasangan meniru pengasuhan yang diwariskan orang tua mereka. Hanya sekitar 25-26 persen saja yang mencari informasi terkait pengasuhan anak sebelum menikah. “Artinya, kecakapan mengasuh dianggap akan muncul secara natural saja, tidak membutuhkan ilmu, tidak menyiapkan diri. Padahal itu juga butuh komitmen dan pengetahuan,”
Karena itulah kita sebagai calon orang tua di masa depan harus memperkaya akan pengetahuan terkait pendidikan dan pengasuhan anak mulai sekarang. Sehingga ketika nanti memutuskan hendak menikah dan memiliki anak , kita sudah dalam keadaan siap. Menikah itu bukan hanya persoalan antara dua insan saja tetapi juga soal keluarga dan sosial. Komitmen seumur hidup dan perhatian penuh benar-benar harus dipersiapkan untuk anak. Jangan menikah dengan keadaan ragu apalagi dengan niat yang main-main hingga akhirnya menelantarkan anak-anaknya sendiri.
Semoga dengan kita belajar dan saling berbagi soal bagaimana cara yang baik dan benar untuk mendidik anak-anak, akan tiba di masa depan di mana kekerasan terhadap anak akan menghilang sepenuhnya dari dunia ini. Aamiiiiiin... (Ali)

Comments